Selasa, 20 Juli 2010

Pendidikan menurut Pandangan Imam Al-Ghazali

1. Kategorisasi pengetahuan
Hadits Nabi yang berbunyi “Talabu al-‘ilmi faridah ‘ala kulli muslim” setelah itu baru menjelaskan pada apa yang ia maksud dengan ilmu yang fardlu ‘ain, yaitu ilmu yang meliputi ilmu teologi seperlunya hingga ia yakin tentang Allah SWT., kemudian ilmu syari’at hingga ia paham akan apa yang harus ditinggalkan dan apa yang harus dilakukan selebihnya menurutnya adalah fardlu kifayah.
Sedangkan ilmu yang tidak pantas dipelajari bagi al-Ghazali adalah ilmu yang dapat menyesatkan kita seperti ilmu sihir dan ilmu nujum (ramalan), dan filsafat. Tapi beliau masih memberi toleransi dengan mengatakan seperlunya saja demi kebaikan. Seperti ilmu nujum untuk mengetahui letak kiblat, filsafat hanya dalam dasar untuk keperluan kedokteran dan matematika.

2. Etika Belajar
Sedangkan dalam etika belajar, Al-Ghazali menjelaskan ada 10 hal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yaitu:
a. Membersihkan jiwa dari kejelekan akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu adalah ibadahnya hati, shalat secara samar dan kedekatan batin dengan Allah SWT.

b.Menyedikitkan hubungan dengan sanak keluarga dari hal keduniawian dan menjauhi keluarga serta kampung halamannya. Hal ini menurut Al-Ghazali agar seorang pelajar bisa konsentrasi dengan apa yang menjadi fokusnya.
c.Tidak sombong terhadap ilmu dan pula menjauhi tindakan terpuji terhadap guru. Bahkan menurut Al-Ghazali seorang pelajar haruslah menyerahkan segala urusannya pada sang guru seperti layaknya seorang pasien yang menyerahkan segala urusannya pada dokter.
d.Menjaga diri dari mendengarkan perselisihan yang terjadi diantara manusia, karena hal itu dapat menyebabkan kebingungan, dan kebingungan pada tahap selanjutnya dapat menyebabkan pada kemalasan.
e.Tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga selesai dan mengetahui hakikatnya. Karena keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah menyelami (tabahhur) dalam sesuatu yang dikerjakannya.
f.Janganlah mengkhusukan pada sesuatu macam ilmu kecuali untuk tertib belajar.
g.Jangan terburu-buru atau tergesa-gesa kecuali kita telah menguasai ilmu yang telah dipelajari sebelumnya. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sistematik, satu bagian saling terkait dengan bagian yang lainnya.
h.Harus mengetahui sebab-sebab lebih mulianya suatu disiplin ilmu dari pada yang lainnya.
i.Pelurusan tujuan pendidikan hanya karena Allah SWT. dan bukan karena harta dan lain sebagainya.
j.Harus mengetahui mana dari suatu disiplin ilmu yang lebih penting (yu’atsar al-Rafi’ al-Qarib ‘ala al-Baid)

3. Etika Mengajar
a.Memperlakukan para murid dengan kasih sayang seperti anaknya sendiri.
b.Mengikuti teladan Rasul, tidak mengharap upah, balasan ataupun ucapan terima kasih (ikhlas).
c.Jangan lupa menasihati murid tentang hal-hal yang baik.
d.Jangan lupa menasihati murid dan mencegahnya dari akhlak tercela, tidak secara terang-terangan tapi hendaknya gunakan sindiran. Jangan lupa untuk mengerjakannya terlebih dahulu karena pendidikan dengan sikap dan perbuatan jauh lebih efektif daripada perkataan.
e.Jangan menghina disiplin ilmu lain.
f.Terangkanlah dengan kadar kemampuan akal murid. (Hal inilah yang dibuat dalam balaghah sebagai kefashihan).
g.Hendaknya seorang guru harus mengajar muridnya yang pemula dengan pelajaran yang simpel dan mudah dipahami, karena jika pelajarannya terlalu muluk-muluk maka hal tersebut akan membuat murid merasa minder dan tidak percaya diri.
h.Seorang guru harus menjadi orang yang mengamalkan ilmunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar